Resume webinar berjudul "Kok Bisa Ya? Menulis Tanpa Mati Gaya" yang disampaikan oleh Aliftah Ahadiyah, pada event Hexagon City Virtual Conference 2023, Selasa 05 September 2023, melalui kanal Zoom Meeting.
|
Kok Bisa Ya Menulis Tanpa Mati Gaya |
Mengapa Menulis?
Menulis adalah teman dekatnya membaca. Sebenarnya bukan hal yang susah dan mewah bagi semua orang. Semua bisa menulis dan akan semakin ahli bila terus dilatih. Namun, semakin kesini, dimana era digital, semua perangkat komunikasi semakin canggih, manusia makin malas dan jarang menulis. Manusia lebih banyak berkomunikasi dengan suara dan gerak menghasilkan konten audio visual. Pun, pamor menonton juga semakin naik dan banyak diminati.
Walau begitu, nilai manfaat menulis tidak tertandingi. Ilmu diikat dengan menulis, sejak jaman purba, sekitar 2400an sebelum masehi. Ilmu, sejarah, wasiat, keterampilan sejak dulu diabadikan dengan tulisan. Sumber ilmu pertama dan utama yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akankah harus pudar dan menghilang di masa depan, digantikan oleh konten visual yang tersimpan di dunia maya? Salah satu strong why ini adalah alasan kuat kita harus terus menulis hingga akhir jaman. Mungkin Anda juga mempunyai strong why lain yang mampu menggerakkan jemari Anda untuk terus menulis, rutin dan konsisten.
Tantangannya adalah kadang jemari ini terasa kaku dan stag, tak ada daya dan gagasan, atau istilahnya "mati gaya". Mati gaya adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki kesanggupan untuk berbuat, kehabisan ide atau akal, tidak berkutik dan sebagainya. Penyebabnya antara lain:
- Membandingkan tulisan kita dengan tulisan penulis terkenal
- Malu dan takut orang lain mengkritik tulisan kita
- Menganggap menulis hanya untuk tema 'wah'
- Referensi yang kurang
- Tidak mau latihan
Tips jitu agar tidak mati gaya saat menulis adalah banyak gagasan. Gagasan atau ide itu perlu digali agar ditemukan dan berlimpah, sebagai stok ide pokok tulisan. Caranya bisa dengan:
1. Free writing/ menulis bebas
Menulis bebas, bebas temanya, bebas jumlah kata, bebas medianya. Menulis sebagai wadah untuk menuangkan perasaan, merekam kenangan atau catatan kegiatan dan lain sebagainya. Bebas sesuai kehendak hati, kemampuan yang dimiliki, media yang dipilih. Tidak ada ketentuan yang mengikat. Menulis bisa ekspresif dan lebih santai. Cara ini memungkinkan untuk lebih sering dijalani sebagai latihan menulis. Contoh: membuat jurnal harian, jurnal tumbuh kembang anak, catatan perjalanan, kisah masa lalu dan lain-lain. Media yang dipilih juga bisa sesuka hati, baik itu dibagikan di media sosial, seperti IG, FB, Blog dan lain-lain. Maupun ditulis menjadi dokumentasi pribadi seperti di Google Doc, buku diary, dan lain sebagainya.
2. Inquiry Discovery Learning
Adalah menulis cerita fakta terlebih dahulu kemudian mengubahnya menjadi certia yang penuh imajinasi. Gunakan 5W1H untuk menjabarkan cerita: what, when, where, who, why, how. Bisa didapatkan dari kepekaan kita terhadap lingkungan sekitar atau sebuah informasi yang kita dapatkan. Be like a jurnalist. Bisa juga kita kembangkan pertanyaan imajinatif. Misal: bagaimana kalalu kita punya tangan 10? bagaimana kalau meja terbuat dari kertas? Eksplorasi banyak pertanyaan tentang hal di sekitar kita.
3. Membaca
Agar otak terus terhubung dengan dunia kata-kata maka banyaklah membaca. Bisa membaca buku, majalah, iklan, berita dan lain-lain. Kegiatan membaca sangat berguna untuk skill menulis sebagai referensi atau bahan tulisan. Serta agar penulis bisa lebih luwes meracik kalimat. Selain membaca juga bisa ditambah dengan menonton video, film dan sebagainya.
4. Ikut event atau pelatihan menulis
Biasanya setelah materi kuliah/belajar. Peserta akan diminta latihan membuat cerita sesuai dengan tema. That's why kita akan 'terpaksa' menulis sesuai tema yang ditentukan. Slogan: ala bisa karena dipaksa:)
5. Ikut KLIP (Komunitas Literasi Ibu Profesional)
Bisa menjadi wadah untuk konsisten menulis, karena setiap hari harus menyetor tulisan dengan syarat tertentu. Ini bisa juga menjadi latihan untuk meningkatkan jam terbang. Semakin banyak menulis, semakin terlatih kita bisa mengolah kata-kata sehingga semakin enak dibaca.
6. Buat target menulis
Nah, sebagai bahan bakar agar kita aktif menulis maka kita buat target menulis, agar tidak mati gaya, contoh:
1. Menulis jurnal kegiatan anak
2. Membuat antologi minimal 10 setiap tahun
3. Menulis minimal 10 kali setiap bulan
4. Menuangkan semua perasaan ke kertas (writing for healing)
5. Bergabung dengan kelompok-kelompok penulis.
Semoga beberapa tips diatas dari speaker HCVC 2023 yang juga seorang penulis yakni Aliftah Ahadiyah, bermanfaat bagi saya dan pembaca yang berminat menjadi seorang penulis. Yang paling penting dari tips-tips diatas adalah praktek, praktek, praktek! lets do it!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga bermanfaat, setidaknya membuat readers tersenyum :)
Ditunggu feedbacknya di kolom komentar tapi jangan tinggalkan link hidup yaa!